La Rochelle Banyak guna mengikuti program pertukaran mahasiswa keluar negeri. Tidak hanya memberikan kesempatan untuk meningkatkan kemampuan berbahasa asing, tetapi juga pengalaman berkarir.
Hal itu disampaikan Dwi Sophiawati Soejitno, mahasiswi master Apllied Foreign Languages, Economics and International Business pada Universite de la Rochelle, Prancis, kepada detikcom Kamis (23/2/2012).
"Melalui jurusan saya diharapkan mampu memperoleh keterampilan mumpuni dalam bidang manajemen, ekonomi internasional dan bahasa Asia yang berkembang di kawasan Asia-Pasifik," ujar Sophie, sapaan akrabnya.
Lanjut Sophie, dia memilih jurusan tersebut karena ingin memberikan kontribusi bagi pembangunan Indonesia melalui kerjasama antara Indonesia-Prancis dan Indonesia-New Caledonia.
"Tapi saya warga negara Prancis. Oleh karena Indonesia tidak menerima kewarganegaraan ganda, maka tidak mungkin saya berpartisipasi melalui pemerintahan untuk kontribusi tersebut," imbuh Sophie.
Saat ini mahasiswi yang lahir di New Caledonia, wilayah Prancis di Pasifik, itu sedang mengikuti program pertukaran mahasiswa dengan Universitas Padjadjaran Bandung selama satu semester.
Peserta program pertukaran ini diharuskan magang selama 3 bulan di suatu perusahaan setelah program ini selesai, sesuai dengan jurusan studi masing-masing. Seperti Sophie, dia harus magang di perusahan dalam bidang ekonomi, finance, marketing atau manajemen.
"Saya masih menunggu respon positif dari beberapa perusahaan di Indonesia. Tetapi tidak seperti yang saya bayangkan, ternyata cukup sulit untuk mendapatkan tempat magang di Indonesia," curhat Sophie.
Kendala-kendala yang dihadapinya itu, tutur Sophie, tak mengurangi hasrat cintanya pada Indonesia. Bahkan sejak ketibaannya di Indonesia, Sophie langsung belajar membatik di Cirebon, lengkap dengan filosofinya.
Selain itu dia mengunjungi beberapa galeri seni di Bandung, berkenalan dengan seniman Bandung yang mengajarinya melukis seperti Anita Yustisia Prianamto dan Angga Aditya Atmadilaga dari Fakultas Seni Rupa dan Desain ITB, Bandung.
Jauh sebelum itu Sophie telah mempelajari kebudayaan Indonesia, terutama tari-tarian, termasuk berbagai tarian Bali. Dara pecinta seni itu bahkan telah mengajar tari Bali di Asia-Pacific Institute (API) untuk para mahasiswa asing.
Sebagai warga Prancis dengan root Indonesia, Sophie ingin menggugah generasi muda Indonesia bahwa apa yang ada di luar negeri belum tentu lebih menarik dari apa yang ada di Indonesia.
"Orisinalitas Indonesia harus lebih dipedulikan dan dari orisinalitas itu memungkinkan untuk suatu hari nanti Indonesia memiliki tempat yang lebih terhormat di tingkat internasional," pesan Sophie.
Berkembang Pesat
Menurut Sophie, pertukaran mahasiswa Universite de la Rochelle dengan universitas di Indonesia telah berkembang pesat sejak 1998. Lebih dari 150 mahasiswa dari Universite de la Rochelle belajar satu semester di sebuah universitas di Indonesia, dan sekitar 50 orang magang di perusahaan Indonesia atau Malaysia.
Sebagai imbalannya, sekitar 100 mahasiswa Indonesia dan 70 mahasiswa Malaysia telah atau masih belajar di La Rochelle, juga beberapa profesor yang diundang sebagai dosen tamu dari universitas mitra di Indonesia untuk mengajar di fakultas Applied Foreign Languages (AFL).
"Puluhan lulusan fakultas AFL telah menemukan pekerjaan di Indonesia maupun Malaysia. Bahkan ada juga yang menciptakan bisnis mereka sendiri," papar Sophie.
Program pertukaran mahasiswa ini tidak hanya memberikan kesempatan untuk meningkatkan kemampuan berbahasa asing, tetapi juga untuk mendapatkan pengalaman berkarir di luar negeri.
Pada akhir semester, para mitra universitas mentransfer nilai ke fakultas AFL. Nilai itu dikonversi ke dalam European Credits Transfer System (ECTS) atau di Indonesia biasa disebut dengan SKS, sehingga mahasiswa tidak terlambat di dalam kurikulumnya.
Selain mahasiswa, jelas Sophie, secara umum pertukaran akademis antara Indonesia dan Prancis juga meningkat pesat, seiring dengan peningkatan signifikan hubungan bilateral dan kemitraan strategis yang ditandatangani saat kunjungan Perdana Menteri Francois Fillon pada 30/6 dan 1/7/2011.
Kemitraan strategis tersebut sesuai dengan kebijakan Presiden Yudhoyono yang disampaikannya pada kunjungan kenegaraan ke Prancis pada 14/12/2009, yang berfokus pada penguatan kerjasama bilateral dalam politik, keamanan, ekonomi, pengembangan pendidikan dan kebudayaaan, serta perluasan pertukaran antar masyarakat.
"Hal ini juga merupakan faktor penting dalam pengembangan hubungan antara Indonesia dan Uni Eropa, juga antara Prancis dan ASEAN," pungkas Sophie.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar